“Terapi Dongeng Untuk Mengatasi Gangguan Istirahat Tidur
Pada Anak ”
1. Pengertian Terapi Komplementer
Istilah terapi
komplementer dan terapi alternatif dapat saling bertukar, namun sebenarnya
mempunyai pengertian yang berbeda. Kamus Webster mendefinisikan komplementer
sebagai segala sesuatu yang melengkapi atau membantu untuk mengisi, dan saling
menutupi kekurangan. Alternatif didefinisikan sebagai sesuatu yang mungkin
dipilih atau mengabaikan satu dari beberapa hal bila salah satu telah dipilih
dan pilihan lain akan disingkirkan. Terapi komplementer adalah terapi yang
digunakan sebagai upaya pelengkap yang dapat mempercepat proses penyembuhan. Saat
ini terapi komplementer banyak dipilih oleh individu dalam menangani masalah
atau penyakitnya, karena terapi ini cenderung memberdayakan individu untuk
memainkan peran integritas terhadap pemulihan dirinya sendiri tanpa tergantung
dengan obat-obatan yang secara medis bisa menimbulkan efek samping.
Terapi komplementer
bersifat pengobatan alami yang berbeda dengan pengobatan kedokteran. Umumnya
pengobatan kedokteran diutamakan untuk menangani gejala penyakit, sedangkan
pengobatan alami menangani penyebab penyakit serta memacu tubuh untuk
menyembuhkan diri sendiri dari penyakit yang diderita. Beberapa terapi
komplementer sebenarnya merupakan bagian dari suatu sistem pengobatan yang
lengkap. Misalnya akupuntur dan akupresur adalah bagian dari sistem PCT
(Pengobatan Cina Tradisional) dan yoga bisa dianggap sebagai bagian dari
ayurveda atau pengobatan India tradisional. Seluruh terapi komplementer
berdasarkan pada model kesehatan holistik perawatan-mandiri dan tanggung jawab
individu untuk mencapai kesejahteraan. Terapi ini memang lebih menekankan pada
keutuhan individu, pencegahan penyakit dan mempertahankan kesehatan.
2.
Teori Terapi Dongeng
Dongeng merupakan suatu
kisah yang diangkat dari pemikiran fiktif dan kisah nyata, menjadi suatu alur
perjalanan hidup dengan pesan moral yang mengandung makna hidup dan cara
berinteraksi dengan makhluk lainnya. Dongeng juga merupakan dunia hayalan dan
imajinasi dari pemikiran seseorang yang kemudian diceritakan secara turun-temurun
dari generasi ke generasi.
Terkadang kisah dongeng bisa membawa pendengarnya
terhanyut ke dalam dunia fantasi, tergantung cara penyampaian dongeng tersebut
dan pesan moral yang disampaikan. Sebuah cerita merupakan refleksi kehidupan nyata, sehingga memiliki daya
tarik tersendiri bagi pendengar dan pembacanya, termasuk anak-anak.
Dalam
proses perkembangannya
dongeng senantiasa
mengaktifkan aspek- aspek intelektual, kepekaan, kehalusan budi, emosi, seni,
fantasi dan imajinasi kepada para pendengarnya. Melalui dongeng ini, kita dapat
menyampaikan suatu pesan kepada anak dengan cara yang tidak membuat anak merasa
dinasihati atau digurui. Mendongeng
yang baik adalah memberikan dongengan dengan memperhatikan kandungan pesan yang
akan disampaikan serta mampu menyampaikan pesan yang dikandung dalam dongeng
tersebut tanpa membuat anak kebingungan. Beberapa teknik memberikan
muatan/pesan moral pada dongeng kita
adalah
sebagai berikut:
1.
Pesan moral cukup
diselipkan dalam dongeng yang kita bawakan, bisa di awal cerita, di tengah cerita atau di
akhir cerita.
2.
Dongeng yang kita
bawakan memang sudah bernafaskan nilai-nilai keagamaan misalnya kisah
Nabi/Rasul, kisah sahabat nabi dan sebagainya.
3.
Pesan moral itu kita
tonjolkan melalui dialog para tokoh dalam cerita (usahakan dialog yang kita
bawakan benar-benar hidup dengan membedakan suara karakter tokoh yang ada, juga
intonasi yang baik).
4.
Pesan moral dalam
bentuk kesimpulan yang kita ambil sendiri.
5.
Pesan moral dapat
diambil dengan mengajak anak-anak menyimpulkan nilai-nilai / pesan moral
apa saja dari dongeng yang telah selesai kita bawakan.
3.
Manfaat Terapi Dongeng
Manfaat dari terapi dongeng antaralain sebagai
berikut:
1.
Membantu merelaksasikan otak agar ketegangan menjadi berkurang,
sehingga bisa mempermudah dalam proses tidur pada anak
2.
Melatih daya
konsentrasi
3.
Menambah perbendaharaan
kata
4.
Melatih daya
tangkap, daya berpikir dan daya imajinasi anak
5.
Sebagai media
terapi bagi anak-anak dengan gangguan tidur
6.
Mengembangkan perasaan
sosial dan daya sosialisasi anak
7.
Mengembangkan emosi
anak
8.
Berlatih mendengarkan
9.
Mengenal nilai-nilai yang
positif dan negatif
10.
Menambah pengetahuan
11.
Sebagai media
yang efektif untuk menanamkan berbagai nilai dan etika kepada anak, bahkan
untuk menumbuhkan rasa empati.
12.
Menumbuhkan minat baca
anak
4.
Standart Prosedur Terapi
Sebelum
mendongeng, pahami terlebih dahulu
tentang cerita apa yang hendak disampaikan, yang
tentunya disesuaikan dengan karakteristik
anak-anak dan tingkat usia anak.
Dongeng yang digunakan sebagai terapi ini juga harus mempertimbangkan
materi ceritanya.
Beberapa
langkah yang perlu diperhatikan untuk melakukan terapi dongeng antara lain:
1.
Memilih tema dan
judul yang tepat dan sesuai dengan tingkat usia dan karakteristik anak-anak.
Bagi
anak-anak, hal-hal yang dianggap menarik berbeda pada setiap
tingkat usia. Pada usia 4-8 tahun, anak-anak menyukai dongeng jenaka, tokoh
pahlawan / hero dan kisah tentang
kecerdikan, seperti:
Perjalanan ke Planet
Biru, Robot Pintar,
Anak yang Rakus
dan sebagainya. Sedangkan ketika usia 8-12 tahun, anak-anak menyukai
dongeng petualangan fantastis rasional (sage), seperti: Persahabatan si Pintar
dan si Pikun, Karni Juara Menyanyi
dan sebagainya.
2.
Waktu atau durasi
penyajian terapi
Dengan
mempertimbangkan daya pikir, kemampuan bahasa, rentang konsentrasi dan daya
tangkap anak, maka para ahli menyimpulkan
bahwa:
a.
Untuk usia
4-8 tahun durasi 10 -15 menit
b.
Untuk usia
8-12 tahun durasi hingga
25 menit
3.
Suasana (Situasi
dan Kondisi)
Agar terapi dapat secara efektif membantu menangani
gangguan istirahat tidur pada anak, maka diusahakan suasananya tenang dan tidak
ada gangguan dari lingkungan sekitar. Upayakan kondisinya nyaman bagi
anak-anak. Posisi berbaring menggunakan bantal dan guling untuk menambah
kenyamanan anak.
4.
Teknik Penyampaian
Menceritakan dongeng secara langsung. Dongeng yang
disampaikan secara langsung umumnya akan lebih berkesan karena dongeng tersebut
disampaikan secara komunikatif dan dengan penuh kasih sayang sehingga akan
menarik perhatian anak yang mendengarkannya. Hal lain yang perlu diperhatikan
juga adalah penggunaan media yang tepat, misalnya menggunakan media boneka
ataupun menggunakan ilustrasi gambar agar menarik perhatian anak, ekspresi (terutama mimik muka), visualisasi gerak
tubuh, improvisasi suara, dan teknis ilustrasi lainnya, misalnya lagu,
permainan, musik, dan sebagainya.
5.
Evaluasi Terapi
Anak akan merasa lebih tenang dengan situasi dan
kondisi yang ia rasakan saat terapi. Kemajuan dari kondisi anak juga akan
terlihat setelah mendapat terapi. Anak-anak akan menjadi cenderung lebih tenang
dan nyaman dengan lingkungan sekitar. Sehingga keinginan untuk beristirahat pun
akan muncul dengan sendirinya dan mereka akan lebih mudah untuk tidur. Setelah
dilakukan terapi dongeng tersebut diharapkan masalah gangguan istirahat tidur
pada anak menjadi menurun atau berkurang. Dengan demikian terapi dongeng
seperti itu perlu ditindaklanjuti sampai anak benar-benar dapat secara mandiri
memenuhi kebutuhan istirahat dan tidurnya tanpa ada gangguan lagi. Namun juga
harus selalu dilakukan evaluasi setiap harinya untuk mengetahui perkembangan
keadaan anak, sehingga perlakuan dari terapi tersebut tidak menimbulkan
ketergantungan pada anak.
DAFTAR PUSTAKA
Brooker, Chris. 2008. Ensiklopedia
Keperawatan. Jakarta : EGC
Moeslichatoen. 2004. Metode Pengajaran di Taman Kanak –Kanak.
Jakarta : Rineka Cipta
Morgan, Geri & Carole Hamilton. 2009. Obstetri dan Ginekologi Panduan Praktis
Edisi 2. Jakarta : EGC
Priyono, Kusumo. Terampil Mendongeng. Jakarta : Grasindo
Vivahealth. 2004. Infertil Inform, Lengkap Untuk Penderita dan
Keluarga. Jakarta : Gramedia Pustaka Media
Vivahealth. 2004. Informasi Lengkap Untuk Penderita dan
Keluarga-Hipertensi. Jakarta : Gramedia Pustaka Media
Tidak ada komentar:
Posting Komentar