Di ufuk barat, semburat senja begitu elok. Enggan beranjak dari
singgasananya. Terus saja memancarkan sinar pesona. Sang surya cantik membelai
alam semesta. Bulatannya nyaris tak ada cela. Kian kemari angin berhemus dengan
lembutnya.
Dari seberang jalan, terlihat seorang gadis menggendong tas punggung yang
dibawanya. Ia berjalan sendirian dengan wajah memerah yang sering terpancar
dari wajah cantiknya. Entah apalah yang sedang terjadi pada gadis itu. Bulat
wajahnya yang cantik nan mempesona tetap terpancar. Balutan jilbab putih pun
ikut menambah keanggunan pada dirinya. Tak seperti biasanya, kali ini ia tak begitu mengatur cara berjalannya. Terlihat sekali bahwa saat itu ia sedang
kelelahan dan nampak sedang memikirkan sesuatu.
“Fa….!!” Tiba-tiba terdengar seseorang memanggil gadis itu.
Tanpa jawaban, ia hanya menoleh ke belakang dengan wajah tak berdosa. Kemudian ia
baru tersadar bahwa ia belum menjawab sapaan temannya itu.
“Iya Nis…, maaf tadi aku lagi bengong”, jawabnya pelan.
“Hey…ya ndak papa Shafa. Tapi jangan suka bengong begitu saat di jalan.
Bahaya lho ya????
“Iya, sekali lagi maaf..”, jawab gadis itu dengan wajah lesunya.
Gadis cantik itu bernama Shifa Alliya. Fa.., begitulah ia sering disapa. Shafa adalah seorang mahasiswi pintar dan baik hati. Dia aktif dalam setiap kegiatan kampusnya. Shafa banyak disukai oleh teman-temannya karena kebaikannya. Annisa adalah tetangga Shafa yang telah menjadi teman baiknya sejak ia masih kecil.
“Berhentilah punya kebiasaan bengong kayak gitu!! Kalau kamu ada masalah
cerita sajalah sama aku.”
“Kau masih percaya sama aku kan??” ucap Annisa dengan sedikit menggoda Shafa.
“Tentu aku percaya sama kamu Nis,,,tapi……”
“Tapi apa??” sahut Annisa.
“Ndak, aku malu cerita sama kamu soal ini. Mungkin nanti aku akan cerita tapi
tidak untuk sekarang.” Jawab Shafa.
“Baiklah…, mungkin nanti ya!!” Annisa berkata sambil tersenyum.
Begitulah perjalanan mereka berdua dilewati dengan obrolan-obrolan kecil di
sepanjang jalan menuju rumah. Kemudian beberapa menit berlalu, dan akhirnya
mereka berpisah di depan rumah Shafa.
……………
Adzan Maghrib mulai menggema di seantero jagad ini.
Di rumah Shafa, ia menunaikan shalat maghrib berjamaah bersama mama papanya.
Sore itu begitu hening. Bunyi detak jam dinding terdegar dengan jelas. Tak lama
kemudian, suasana berganti penuh canda tawa. Keluarga mungil itu makan malam
bersama di ruang makan. Maklumlah di rumah itu, hanya 3 orang yang tinggal.
Yaitu Papa, Mama, dan Shafa. Makan malampun terlewati. Keluarga itu terlihat
harmonis. Beberapa saat kemudian, Shafa dengan bersemangat bergegas
meninggalkan meja makan. Ia berpamitan pada mama dan papanya untuk beranjak ke
kamar.
“Papa, Mama… Shafa ke kamar dulu ya??” pamit Shafa dengan sedikit manja.
“Iya sayang…” jawab mama papanya.
“Jangan lupa belajar, satu lagi tidurnya jangan terlalu malam.” Tambah
mamanya.
“Siap mam..!” sahutnya sembari bergegas ke kamar.
Shafa merobohkan tubuhnya ke kasur empuknya. Ia berfikir sesuatu yang hari
itu sedang menggelayuti fikirannya. Beberapa saat kemudian, ia menghampiri meja
belajarnya dan mulai membolak-balik buku modulnya.
Jam demi jam telah berlalu…..
Kemudian ia memutuskan untuk menyudahi kesibukannya malam itu. Shafa
melangkah ke luar kamar untuk mengambil air wudhu. Beberapa menit berlalu, shalat isya’ pun telah
dijalaninya.
Sesuatu itu masih menghantui pikirannya. Yahhh….kali ini ia benar-benar
memikirkan seorang cowok yang telah menarik perhatiaanya itu. Kesan pertama ia
bertemu dengan si doi ia terkesan padanya. Cowok itu tidak lain adalah Yudha.
Cowok yang terkenal aktif dalam setiap kegiatan dan sholeh itu telah merebut
hatinya. Dia merasa berdosa jika ia sampai salah mencintai seseorang yang baru
pertama ia kenal itu. Kekhawatirannya adalah takut jika ia mencintai orang yang salah.
Akhirnya ia menutup hari itu dengan berdo’a semoga Tuhan menunjukkan yang
terbaik untuknya. Dia tak ingin mencintai seseorang melebihi kecintaannya pada
Allah.
To be continue………
By: *r
Tidak ada komentar:
Posting Komentar